Masih jelas tergambar dalam ingatanku gurat-gurat kelelahan Ibu, masa dimana Ibu harus memperjuangkan nafas hidup untuk keluarga. Saat aku masih duduk dibangku Sekolah Dasar, saat itu telah merasakan bagaimana Ibu tidak mengenal lelah berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan berkeliling kampung menjajakan pastel basah plus pastel kering, hari-hari dilalui tanpa beban dan keluhan, bahkan setiap habis berjualan Ibu selalu tidak lupa membawa buah tangan untuk aku yang kebetulan terlahir sebagai anak bungsu, betapa senangnya hatiku ketika menanti kepulangan Ibu dengan buah tangannya yang selalu membawa kue-kue seperti bolang baling, pisang goreng, onde-onde ceplis, dll. Saat itu tidak pernah terpikirkan mengapa Ibu begitu mau bersusah payah melakukan pekerjaaan yang melelahkan mengingat apa yang dikerjakan Ibu sangat tidak sesuai dengan pendidikan Ibu yang pada masa Ibu dulu cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan, ya Ibu lulusan dari SGTK sempat mengajar bahkan memberi kursus modiste, namun itu hanya dijalani sebentar karena waktu Ibu habis untuk merawat anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Hampir setiap hari Ibu bagun pagi pukul 03.00 WIB dengan dibantu Bapak yang pegawai negeri sipil di PALDAM VII Diponegoro, kalau dihitung dari gaji bulanan sangatlah tidak mencukupi untuk menghidupi ke tujuh anaknya. Ibu & Bapak saling bahu membahu menggoreng pastel-pastel yang dibuat malam hari, diinapkan dan goreng keesokan harinya, kalau mengingat masa itu sungguh suatu pekerjaan yang cukup berat untuk dikerjakan Ibu & Bapak.
Aku juga masih ingat bagaimana Ibu mempunyai pribadi yang tidak tegaan, ketika ada anak yang tidak punya uang tapi ingin makan pastel jualan Ibu, maka tanpa ragupun Ibu memberikan pada anak itu, bahkan ada beberapa pelanggan Ibu yang menghutang pastel-pastel yang mereka ambil Ibupun sangat tidak berkeberatan. Aku tidak tahu bagaimana dengan manajemennya, namun yang masih aku lihat & rasakan sampai kini adalah keinginan Ibu untuk selalu memberi uang ataupun makanan pada orang-orang yang tidak mampu. Ah Ibu, betapa baik dan tulus hati Ibu………..
Waktu berputar dengan begitu cepat, saat inipun aku dapat melihat dan merasakan hasil jerih payah Ibu dan Almarhum Bapak. Gurat kelelahan dan perjuangan mereka tidaklah sia-sia, saat ini merupakan masa dimana Ibu tinggal mengenang masa lalu dan betapa hari-hari Ibu kini menjadi hari yang indah untuk dilewati, buah-buah manis ada disekiling Ibu, dan itu adalah hasil dari kebaikan dan ketulusan Ibu untuk melewati masa-masa pahit dulu.
Terimakasih Ibu untuk semangat, kebaikan dan cermin berharga yang aku dapatkan dari Ibu. Hanya ada satu harapan.......biarlah cermin Ibu menjadi self control untuk anak-anak Ibu dalam melewati hari-hari, penuh dengan pembelajaran tentang apa itu semangat hidup, kasih,kebaikan, ketulusan dan tidak malu ketika harus berada dalam titik nol sekalipun...terus survive untuk meraih apa yang disebut dengan nilai hidup.
By : Saptorini Retnosari
