Kamis, 09 Oktober 2008

RUMAH DAMAI BAGI SEORANG ANDRA

Sebenarnya satu tahun adalah waktu yang cukup bagi seorang Andra dirumah damai yang terletak dikota kecil dekat Semarang, namun Andra masih ingin tinggal lebih lama dirumah ini untuk memberi dukungan teman-temannya yang baru saja masuk dirumah pemulihan ini, baginya rumah ini telah memberi banyak kehidupan baru, penuh warna, ketemu teman-teman senasib yang berjuang melawan jeratan barang haram, yang lebih membuat Andra kerasan tinggal dirumah damai ini karena para pendampingnya memberi empati dan kasih tulus untuk setiap anak yang ingin sembuh total dari jeratan narkoba, mereka tidak menggurui namun lebih memberikan bimbingan rohani dan psikologi yang menekankan pada perubahan perilaku.
Sebagai pria yang masih tergolong muda, Andra pernah merasa gagal dalam menjalani masa remajanya . Selama bertahun-tahun Andra merasa berada dalam lubang yang begitu dalam dan gelap, siapapun sulit menariknya kembali . Nilai-nilai agama yang sejak kecil begitu dekat dengannya seperti terhapus oleh lika-liku hidupnya, wanita-wanita yang pernah dipacarinya hanya mampu memberikan kesenangan sesaat, pada saat itu Andra hanya merasa nyaman ketika kebutuhan dagingnya (shabu-shabu ) dapat terpenuhi.
Bertolak belakang dari masa remajanya, Andra kecil tergolong menjadi anak paling ceria dirumahnya, mudah bergaul, banyak teman, dan membuat banyak orang selalu gemas ingin sekedar mencubit pipinya yang gembul bahkan ingin menggendongnya karena tubuh Andra yang gemuk, dengan menampakkan mimik muka yang lucu Andra berusaha menolak orang-orang yang ingin menggodanya. Ya, ya Andra kecil sering menjadi pusat perhatian bagi sebagian besar orang yang ada disekelilingnya. Betapa senangnya Andra ketika Tante Jeanne adiknya Mama sering mengajaknya bermain,bahkan mengajaknya rekreasi ketika hari libur ”tante Jeanne orangnya begitu baik, perhatian, dan sabar. Aku paling senang jika tante menginap dirumahku, tante juga tidak keberatan menemaniku tidur ketika mama tidak ada disampingku karena harus keluar kota,bahkan aku sering dibelikan sama tante mainan atau makanan kesukaanku” kenang Andra pada sosok tantenya.
Andra juga teringat pekerjaaan papanya yang hamba Tuhan tampak begitu sibuknya dan betapa seringnya Andra harus ditinggal berdua bersama kakaknya, oleh karena papa dan mamanya pelayanan diluar kota. Pada saat itu, Andra tetap menikmati masa-masa kecilnya yang tak ada beban walaupun sering ditinggal kedua orang tuanya untuk pelayanan.
Ketika beranjak remaja , Andra mulai merasakan adanya perubahan yang luar biasa pada fisiknya, tubuhnya yang dulu tambun kini tampak lebih kurus, namun berisi. Wajahnya yang dulu tampak bulat kini lebih cenderung persegi dan agak menonjol tulang rahangnya, cukup tampanlah untuk remaja Jakarta blasteran jawa menado ini, tidaklah heran jika banyak teman wanita sebayanya yang simpati dengan ketampanan Andra. Ada banyak cara mereka mengekpresikan kesukaannya pada Andra, ada yang mengirim surat atau sekedar telpon kerumah hanya untuk bisa ngobrol dengan Andra. Dan Andrapun tidak merasa keberatan dengan keagresifan teman-teman perempuannya selama mereka tidak menginginkan hubungan yang special dengan Andra.
Andra remaja mulai mengenal rokok dari teman-teman SMP-nya, ketika sepulang sekolah beberapa temannya mengajak Andra kongkow diwarung tak jauh dari sekolahnya, dari acara ngobrol pelajaran yang baru diterimanya, nona-nona cantik disekolahnya, sampai merk rokok yang paling pas untuk anak sekolahan. Saat itu Andra mulai penasaran dengan promosi rokok dari teman sebangkunya yang bernama Rio , “ coba dech ndra, rokok yang ini nggak membuat kita nyandu apalagi ketagihan, kadar nikotinya rendah kok”, rasa sungkan dan nggak mau dianggap sok baik , diambilnya satu batang rokok milik Rio..”Wow, rasanya nggak ada yang istimewa ya, cuma baunya aja enak untuk dihisap-hisap ama hidung kita” celetuk Andra kala itu, “ ya, lo kan baru coba sekali, kalau sudah beberapa kali beda dech rasanya”, timpal Adi teman Andra yang sudah lama hobby merokok.
Memang benar kata pepatah yang berbunyi sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, dari Cuma mencoba, beli sebatang dua batang rokok lama-lama Andra tidak mampu lagi mengontrol diri untuk menghentikan kenikmatannya merokok , uang saku yang seharusnya dipakai untuk transport dan makan siangnya sering habis untuk membeli satu pak rokok. Saat jam pelajaran disekolah Andra selalu mencari alasan ketoilet hanya untuk menghabiskan satu batang rokok , “benar kata Adi, kalau ngrokok Cuma sekali biasa saja rasanya tapi setelah beberapa kali coba dan diresapi rasanya jadi luar biasa enaknya, nggak makan minum no problem asalkan bisa terpenuhi kebutuhanku yang satu ini.”. Andra juga tidak malu lagi untuk merokok dihadapan papa mamanya, walaupun sudah terlalu sering ditegur kedua orang tuanya Andra tidak peduli, baginya merokok tidak merugikan orang lain. Toh uang yang dipakai untuk membeli rokok jatah dari uang sakunya.
Andra juga masih ingat betapa papa dan mamanya mengiginkan sekali dia berhenti merokok sampai kegiatan saat teduh keluarga selalu difokuskan dengan doa pertobatan untuk Andra, “ mengapa ya aku kok tetap tidak ingin berhenti merokok walapun papa mama selalu mendoakan aku ?”, pernah selama liburan semester Andra diajak papa dan mamanya untuk pelayanan KKR ( kebaktian kebangunan rohani ) ke luar pulau jawa. Saat KKR di satu kota kecil Kalimantan ada banyak remaja seusianya maju ke altar untuk mengakui dosa-dosanya, mereka menangis karena diusianya yang masih remaja sudah jatuh kedalam dosa. Andra yang tergabung dalam KKR itu Cuma terpaku dikursi, dihati kecilnya ada perasaan bersalah dan ingin sekali mengakui kebandelannya selama ini. Namun betapa Andra tidak mampu berdiri dan maju ke altar. ” aku kan malu, masak papaku yang pimpin KKR tapi anaknya sendiri nggak bener” , ke-egoan Andra meluluh lantakkan hati kecilnya yang terus mengingatkan Andra untuk bertobat. Acara KKR yang di adakan dibeberapa kota Kalimantan tidak membuat Andra tersentuh, bahkan secara diam-diam Andra mencuri kesempatan ketika dia tidak berada di dekat orang tuanya, Andra akan mencari tempat sepi seperti kamar mandi, tempat parkiran hanya untuk bisa merokok . rasa lega, puas, bisa terobati manakala tidak seorangpun tahu apa yang sudah dilakukan Andra.
Bagi Andra, Aktivitas pelayanan yang dia ikuti bersama orangtuanya selama liburan hanyalah kegiatan sampingan yang sebenarnya hanya untuk menyenangkan hati papa mamanya. Walaupun Andra sangat tahu apa yang sudah dia lakukan selama ini mendukakan hati Tuhan dan kedua orang tuanya, tapi Andra belum mampu menghilangkan kebiasaan buruknya yang tentu bertentangan dengan norma agama yang dianutnya.
Selesai Liburan semester, Andra merasa begitu terbebas dari papa mamanya yang sering mengajaknya pelayanan. Andra belum siap dan masih ingin menikmati masa remajanya seperti remaja-remaja lain di Ibukota yang begitu mudah bergaul, tidak terlalu sering dipantau orang tuanya, mampu mengekpresikan isi hatinya dan banyak tempat yang menyediakan sarana anak-anak untuk berekspresi. Andra menemukan kembali teman-teman sekolahnya yang selama ini mampu membuat andra menjadi anak gaul dan disukai teman-temannya karena kekonyolannya membanyol, Andrapun termasuk anak dermawan karena sering membagikan rokoknya sama teman-teman sepermainannya.
Ketidakpelitan Andra membuatnya mudah mendapatkan teman baru, ditempat kongkownya Andra berkenalan dengan anak sekolah lain yang bernama Febri dan Danu sekolahnya satu tingkat diatas Andra, perkenalan mereka bermula dari sebatang rokok yang ditawarkan Andra ke Febri, dari sekedar ngobrol, mereka bersepakat membuat suatu komunitas yang lebih kerennya disebut “geng anak gaul”. Satu kegiatan Andra bertambah lagi bukan hanya sekolah tapi ada kegiatan lain yang harus ngumpul seminggu 3 kali sepulang sekolah. Komunitas ini dibentuk hanya karena mereka merasa cocok bergaul, sama-sama merokok dengan merk rokok yang mereka hisap sama, suka ngebanyol, dan berencana membuat kegiatan petualang untuk mengekspresikan kejantanan mereka. Andra begitu menyukai pertemanannya dengan Febri dan Danu sampai pernah demi sebuah kesepakatan untuk bertemu membicarakan komunitas yang mereka bentuk, Andra harus berbohong pada papa mamanya untuk mengerjakan tugas kelompok dan dia harus menginap dirumah temannya.
Bermula dari acara menginap dirumah Danu, Andra mulai mengenal dan mencoba pil ekstasi dari temannya yang bernama Bagus, awalnya biasa saja namun bukan hanya satu kali yang membuat Andra berhenti namun rasa penasaran dan sedikit ketergantungan untuk terus mengkonsumsi pil setan itu.
Dunia baru dan pergaulan yang menjerumuskan membuat Andra semakin tidak tersadarkan bahwa hari-harinya telah dikuasai “kegelapan”, selama tiga tahun Andra berkubang dalam dunia narkoba, matanya cekung, badannya semakin kurus seperti tidak terurus. Dipuncak ketidak mampuan papa mamanya untuk menghentikan perbuatan Andra, ada peristiwa yang membuat Andra benar-benar berada diujung kematian, pada saat acara kumpul keluarga besar Andra tiba-tiba terjatuh dikamar mandi dan tak sadarkan diri. Ketika dalam perjalanan kerumah sakit Mama Andra berkali-kali menangis dan berseru “ Tuhan, beri kesempatan Andra untuk hidup, ampuni dia Tuhan….ampuni kami mama papanya yang belum bisa menyadarkan Andra dari keterkantungannya pada pil-pil setan itu, sekali lagi beri kesempatan Andra Tuhan…….”
Sudah satu minggu Andra tak sadarkan diri, berbagai upaya dari dokter maupun keluarga yang terus berusaha keras demi pemulihan Andra, namun belum ada tanda-tanda positif pada kondisi Andra. Ada seorang sahabat papanya Andra yang datang menjenguk Andra, dengan keempatiannya beliau menyarankan jika Andra sudah sadarkan diri ada baiknya Andra dibawa ke tempat terapi pemulihan yang sangat memungkinkan dapat membantu Andra dari ketergantungan pada Narkoba, “ Tempatnya didekat kota semarang yang tentunya jauh dari hiruk pikuk kota, para pendampingnya sangat professional dalam membantu kliennya untuk bisa sembuh total ”, Andra memang harus sembuh, dia masih sangat muda dan punya masa depan, saya yakin dia bisa sembuh “ kata mamanya penuh harap.
Selang sebelas hari dari ketidaksadaran Andra, tiba-tiba ada gerakan pada kaki kanan Andra, dan yang lebih mengejutkan lagi mata Andra yang tadinya tertutup perlahan mengeluarkan airmata, bibirnya terbuka memanggil mamanya…”ma, ma, maafkan Andra,……Andra belum mau mati ma, maafkan Andra ma “ berhubung yang ada didekatnya Andra hanya ada tante dan kakaknya, mereka berhamburan memeluk Andra dan meyakinkan kalau Andra pasti sembuh.
Kini, sebuah kenangan dan catatan penting bagi hidup Andra, rumah damai benar-benar memberikan kedamaian buat Andra……ya sebuah pemulihan total dan pembelajaran bahwa hidup ini demikian berarti bagi setiap jiwa yang mau jauh dari barang haram. “terimakasih ma, terimakasih pa……. terimakasih Tuhan, karena Engkau telah memberiku kesempatan untuk hidup dalam jalanMU ”

By : Saptorini Retnosari.