FENOMENA ” MAMA DAHLIA” SOSOK PEREMPUAN SUPER
Menyaksikan acara supermama seleb konser disalah satu stasiun televisi swasta menjadi hiburan tersendiri bagi penulis. Ada banyak hal positif yang dapat penulis petik dari acara tersebut, walaupun sekilas tampak sekedar hiburan semata namun setiap sosok yang tampil berperan mewakili banyak karakter diseputar kita.
Foto : Mama Dahlia & Kiki Farel
Salah satu sosok yang dikenal dengan mama Dahlia diacara supermama seleb ini telah membuat penulis berdecak kagum dengan kepolosan dan kejujurannya ketika berinteraktif dengan pembawa acaranya, betapa tidak ?!, mama Dahlia dengan kejujuran dan kepolosannya, mampu menghangatkan acara supermama menjadi lebih segar dan selalu dinantikan kehadirannya, ketika zaman mulai banyak dipoles dengan kamuflase dan kemunafikan diri, ternyata masih ada sesosok ”perempuan super” yang mewakili perempuan yang tegar, jujur, polos, dan apa adanya dalam menyikapi perjalanan hidup.
Mama Dahlia dengan jujur menceritakan keberadaan dirinya, sudah sekian lama itinggal suaminya yang menikah lagi dan terus berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anaknya sampai ada salah satu anaknya yang terjun ke dunia artis, mama tetap dan tetap masih harus berjuang untuk kehidupan keluarganya, kepolosan mama Dahlia tentu telah membuat penonton yang mendengar ceritanya menjadi iba pada perjuangan mama Dahlia dalam menafkahi keluarganya.
Fenomena ”mama Dahlia” adalah cermin perempuan super yang mampu menyikapi hidup dengan kekuatan supra, ada banyak kisah dari mama Dahlia yang dapat mewakili perempuan yang masih terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil namun sosok ini masih mampu berjuang hidup untuk memperbaiki nasibnya.
Sebuah fakta dan realita, masih ada berjuta-juta perempuan dibelahan bumi ini yang begitu tegar dan kuat, berjuang hidup dengan bekerja mencari sesuap nasi tanpa memikirkan dirinya sendiri namun untuk orang-orang yang dikasihinya, walaupun dia harus menanggung beban hidup yang berkepanjangan, dimana ada seorang istri yang harus berperan ganda sebagai pencari nafkah sekaligus menjadi Ibu rumah tangga sementara suaminya menganggur namun tidak mau membantu pekerjaan rumah, ada suami yang meninggalkannya begitu saja tanpa memberikan nafkah lahir bathin bahkan dengan teganya menikah dengan perempuan lain, bahkan ada suami yang begitu sadisnya memperlakukan seorang isteri seperti pelayan. Ini merupakan potret nyata yang masih ada di sekitar kita, perlakuan-perlakuan tidak adil,kasar, tidak manusiawi dan dipandang sebelah mata masih dan masih menghiasi sosok perempuan “terpinggirkan”. Terlalu ekstrimkah realita ini? Apapun jawabannya, penulis hanya ingin mengekspresikan kenyataan yang ada di depan mata dan kegelisahan penulis terhadap potret-potret perempuan yang tentunya dapat terasakan begitu dalam. Maafkan dan maafkan penulis jika ini telah mem-pressure kaum “papa”. Walaupun penulis tidak menutup mata kalau beberapa dari kaum “papa” juga ada yang “teraniaya” oleh sosok yang dinamakan perempuan ini.
Namun betapa Sang Pencipta begitu adil dan baik pada sosok yang dinamakan perempuan , ditengah perlakuan yang masih sebelah mata dan sangat “timpang”, perempuan ini diberi energi ganda untuk terus berjuang hidup dan kuat menjalankan hari-harinya. Tanpa harus bertopang tangan pada ”kaum papa”, perempuan-perempuan ini tetap dapat hidup dan menghidupi dirinya. Usia dan Gurat kelelahan tidak menjadikannya berhenti melangkah, dengan niat dan usahanya yang begitu kuat untuk terus bekerja dan berusaha telah membuatnya semakin menampakkan ketegarannya dalam memaknai arti hidup buat dirinya dan orang-orang yang dikasihinya.
Sungguh, inilah sebuah cermin dan pembelajaran hidup yang perlu menjadi perenungan bagi siapa saja yang masih mau peduli pada sosok yang dinamakan perempuan ini,ternyata keibaan bukan satu-satunya makna kepedulian tetapi lebih kepada keempatian dan kemauan mengangkat sosok yang dinamakan perempuan dalam memberikan nilai yang bermakna bagi hidup untuk terus ikut berjuang melawan “ketimpangan dan ketidakadilan” dengan keikhlasan hati.
Penulis sebagai sesama perempuan, membuka tangan lebar-lebar pada sosok yang dinamakan kaum “papa” untuk mau dengan ikhlas mengacungkan jempol dengan menggoreskan tinta emas dan mengukuhkan bahwa perempuan sesederhanapun mampu menjadi perempuan super yang pada dasarnya tidak kalah kuat dari kaum ”papa”, energi ganda yang diberikan Sang Pencipta merupakan kekuatan supra bagi perempuan manapun untuk menjalankan roda kehidupan.
****************
Penulis : Saptorini Retnosari, Peduli Perempuan & Orlansia
Mahasiswa Pasca Psikologi UNIKA Sogijapranata Semarang.
Kamis, 23 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar