Jumat, 31 Oktober 2008

" MENGENANGNYA "

Akhir Maret 2000

Semalam aku bermimpi
Sebuah acara pernikahan dengan beberapa pasang pengantin
Salah satunya adalah aku
Berhiaskan bunga melati dan bergaun putih panjang, didampingi Bapak menuju altar gereja
Tapi, ada satu hal yang membuatku gelisah...mengapa pendampingku tidak juga muncul
Aku menunggu dan menunggu
Ada rasa takut & cemas saat – saat penantianku
Semua pasang pengantin telah ditasbihkan Pendeta......tinggal aku dalam kesendirian
Saat itu juga aku menangis, ya aku menangis
”Mengapa engkau tidak hadir dalam pernikahan kita ?”
Aku menangis dan terus menangis
Pada saat itu....Ibu memeluk aku, ”rini belum saatnya... belum saatnya”
Aku terbangun, termangu, jantung berdegup lebih cepat, tak terasa pipiku basah oleh air mata .....
Ku coba menenangkan hatiku, ini hanya sebuah mimpi
mungkin aku begitu lelah setelah pulang dari Batu Malang kemarin malam
Ya...ya, ini hanya sebuah mimpi yang harus segera kubuang jauh-jauh
dari rasa cemas dan takut kehilangannya


10 Oktober 2000

Saat ada pekerjaan di Bandung
Malam-malam ada dering telpon dikamarku
Rupanya Bapak, menanyakan khabarku......suaranya pelan tidak seperti biasanya
Dengan hati-hati Bapak mengabarkan berita duka, ”rin yang kuat ya...” ”Oki kecelakaan,dan tidak tertolong, memang ini yang terbaik untuk Oki rin, yang kuat ya rin.... ”
Aku tersentak tak percaya, seakan ini hanya mimpi-mimpi panjangku
Betapa ngilunya hati ini.......
Oki, Seseorang yang hadir dalam hati
Seseorang yang menjadi pengharapan
Seseorang yang santun, pintar, baik, dan takut akan Tuhan
Seseorang yang dianggap Bapak sebagai pengganti almarhum kakakku Mas Ukie
Ternyata harus dipanggil Tuhan lewat jalan yang sangat tragis, sebuah kecelakaan mobil.......
Aku tak mampu berbuat apa, hanya ada tangis duka.......
Mimpi-mimpiku yang lalu terbukti sudah
Dan ada jawabannya
”aku menikah tanpa seorang pendamping”
” Ibu memelukku dengan mengucapkan, rini belum saatnya”
”Tuhan, seandainya Engkau berikan aku kekuatan untuk berjalan mengiringi Oki diperistirahatan akhir” ........ternyata aku lemas, lemas dan tak mampu
”Aku percaya Tuhan........dibalik duka cita ini ada rencanaMu yang begitu indah atas hidup anak –anakMU”.......”Selamat jalan Oki, aku percaya ada surga untukmu”.

31 Oktober 2000

Sebenarnya tanggal ini adalah ulang tahun Almarhum Oki
Aku sempatkan untuk pulang ke Semarang,
ada banyak rencana yang sudah aku susun…berkunjung ke rumah Bapak Ibu Edi dan ke makam Oki
ahh..betapapun aku telah kehilangan ”harapan cinta kasih”
aku akan tetap menanamkan kasih untuknya, dan keluarganya
Saat-saat menaburkan bunga dimakam Oki
Ada rasa duka yang masih terselip dihati
Namun, penghiburan dariNYA telah memberikan sebuah kekuatan untuk orang-orang terdekat Oki
” Oki sudah bahagia disurga ”
” Dia menjadi bagian dari keluarga Tuhan ”
Aku harus tetap melangkah, mempercayakan penuh pada rencanaNYA.


31 Oktober 2008

Delapan tahun sudah Almarhum Oki kembali ke rumah Bapa
Hari ini adalah ulang tahunnya, tiba-tiba aku ingin sekali mengenangnya
Oki, aku masih terus berjalan melewati banyak hal
Betapa tidak mudahnya, melangkahkan kaki dengan kekuatan sendiri......
Ada banyak pertanyaan tentang aku
”Apa yang kau cari rini ?”
Sungguh, kesendirianku bukan karena kehilanganmu
Ada seseorang yang pernah singgah
Namun, aku bersyukur saat Tuhan membukakan mata hatiku
Dia bukan yang terbaik untukku
Oki, Ada masa-masa dimana aku harus tetap fight manakala berada di dititik nol sekalipun...
Sejujurnya, ada keraguan & keoptimisan saat menjalani hari-hari ini
Disurga sana engkau tersenyum melihatku terus melangkah.


By : Naomi S. rini

PSAHABATAN KITA

Berawal dari tempat kursus bahasa
Kita bertemu, berkenalan, berteman,
Karena sebuah kecocokan.....akhirnya jalan persahabatan kita pilih
Wow......sudah hampir sepuluh tahun ya In
Banyak hal yang kucatat tentang kebaikan dan ketulusanmu
Walaupun kita jarang ketemu, ada rasa suka, simpati, dan empati saat kita berbagi cerita
Aku begitu terharu dan turut merasakan kebahagiaan Iin
Saat kau memutuskan menikah dengan Agung
Dia memang terbaik untukmu In
Sekalipun lebih muda
Aku melihat Agung, seorang pria yang santun, bertanggung jawab, dan ulet dalam mengejar karirnya
In, satu buah cintamu telah hadir.........Galuh,
Lengkap sudah kebahagiaan untukmu dan Agung
Kini, dihari ulang tahun Iin.......ada satu makna terucap :
” Happy Birthday ya In, succsess for all….God Bless You”
Persahabatan kita menjadi bagian perjalanan hidup yang akan terus tertanam dalam kasih dan ketulusan.

Rabu, 29 Oktober 2008

" PENGEMIS TUA "

Duduk dipojok pasar Jatingaleh, seorang nenek dengan pakaian kusut dan penudung kepala yang sudah tampak kusam. Matanya tertutup, bibirnya sesekali menelan ludah, lehernya terantuk – terantuk menyiratkan kelelahan fisiknya, mungkin semalaman nenek itu tak bisa tertidur pulas karena dinginnya malam sehabis hujan deras melanda kota Semarang atau termungkinkan oleh usianya yang sudah lanjut membuat syaraf tidurnya sudah tak mampu dikontrol lagi hingga mengalami syndrome tidur, matanya sulit terpejamkan hingga ada saja aktivitasnya dimalam hari sebaliknya dipagi hari bahkan tengah senja orang yang usia lanjut bisa saja tertidur ditengah aktivitas orang lain, rasa iba seringkali muncul saat melihat fisik mereka yang renta, matanya yang rabun, kepikunan yang tak terelakkan, dan yang lebih memprihatinkan lagi bila dalam satu keluarga tidak memberikan perhatian dan kasih sayang tulus buat mereka.

Didepan duduknya nenek, tersedia batok kelapa yang isinya beberapa uang recehan seratus limaratus rupiah, rupanya batok kelapa itu dipakai untuk meminta-minta pada orang-orang yang lalu lalang di pasar Jatingaleh.

Saat nenek terbangun dari tidurnya, bibir nenek masih menelan-nelan ludah mungkin tenggorokkannya kering dan terasa haus namun didekatnya tidak terdapat gelas atau botol minuman untuk persediaan minum si nenek , kedua tangan nenek mulai terangkat agak keatas dada “ nyuwun seikhlasnya Nak, Bu, Pak “, pintanya pada orang-orang yang lalu lalang didepan si nenek “klinting klinting, klinting”, “matur nuwun, Gusti Allah ingkang mbales nggih”, ucap nenek dengan suara yang tidak begitu jelas, beberapa uang receh masuk dibatok kelapa, tiba-tiba si nenek menggeserkan tubuhnya ke sebelah kiri, capekkah ? ahh, ternyata nenek itu sudah tidak bisa berjalan, ada rasa trenyuh saat mengamati perilaku nenek ini. Bagaimana mungkin seorang nenek renta yang sudah tidak mampu berjalan masih harus mencari sesuap nasi, keinginannya sendirikah ? atau desakan orang lain yang memperalat nenek untuk mendapatkan belas kasihan dari banyak orang ?, jika perkiraan yang kedua benar betapa tidak manusiawinya si pemeralat ini, tidak punya hatikah, atau karena desakan ekonomi ?.

Ternyata perkiraanku yang terakhir hampir terbenarkan, manakala menyaksikan seorang pria paruh baya, dengan rambut keriting, kulit sawo matang, tubuh yang agak gempal berjalan menghampiri nenek dengan diikuti seorang wanita muda memakai baju daster yang masih tampak baru, “ siapakah mereka?, anak dan menantunyakah?”, kedua orang ini berjongkok di samping nenek, si wanita mengambil batok kelapa dan menghitung uang yang ada didalamnya kemudian memindahkannya kebungkusan plastik hitam, si pria beranjak untuk membopong nenek dan dibawanya sinenek ke mulut gang dekat pasar, “siapakah mereka ?”, rasa penasaran membuatku memasuki warung makan dekat pasar, sembari makan siapa tahu ada informasi yang aku dapat tentang nenek itu dari pemilik warung. “Ibu, minta dibuatkan nasi rames dan teh hangat ya”, ”njih Mbak” jawab si Ibu ramah, “Oya Bu sudah berapa lama Mbah yang dipojok pasar itu meminta-minta dipasar Jatingaleh ? dan kedua orang pria wanita yang baru saja membawa Mbah itu, siapanya Mbah itu ?”, “Ooo, orang itu saudaranya Mbah Nem, dia nggak punya siapa-siapa lagi suami dan anak satu-satunya sudah lama meninggal, kalau mangkalnya sich sudah lama kok Mbak, tapi sering pindah-pindah tempat nggak hanya dipasar Jatingaleh saja, ada apa toch Mbak ? kok menanyakan Mbah Nem“, “nggak ada apa- apa Bu, trenyuh aja lihat wajahnya Mbah itu, kasihan ya Bu sudah sepuh (tua) masih harus bekerja meminta-minta”, ya gimana lagi Mbak wong saudaranya itu juga orang susah jadi ya nggak ada yang diandalkan”, ahhh.. sungguh tak tega mendengar informasi Ibu pemilik warung tentang kondisi Mbah Nem yang sebenarnya.

Keadaan negeri ini memang belum berpihak pada wong-wong cilik, manakala sesuap nasi masih harus diperjuangkan oleh kaum papa, yang di atas sana seakan menutup mata pada kemiskinan yang melanda negeri ini. Pengemis, pemulung, anak jalanan, pengamen, penganggur-penganggur terselubung, menjadi potret betapa kemiskinan itu belum tersentuh oleh pemimpin-pemimpin negeri ini. Namun, yang membuatku tersadarkan dan belajar bercermin pada seorang Mbah Nem adalah bahwa hidup ini tidak mudah dan harus tetap survive. Disekitarku banyak Mbah Nem – Mbah Nem yang lain, mereka tetap bertahan hidup hanya untuk mendapatkan “sesuap nasi”.

By : Saptorini Retnosari
Januari 2007

Kamis, 23 Oktober 2008

BUKIT DIBELAKANG RUMAH

Manakala mata mulai terlelahkan oleh tulisan-tulisan dilaptop
Manakala pikiran terpenuhkan oleh berbagai tumpukan file
Ku hanya mampu memalingkan ke arah bukit dibelakang rumah
Sejauh mata memandang hamparan luas bukit,flamboyan dengan bunga orangenya, rumah-rumah penduduk mulai bertengger memenuhi separo bukit , pohon beringin yang berdiri tegak dipuncak bukit,...umurnya sudah ratusan tahun
Manakala mata dan pikiranku melayangkan ke bukit
Aku selalu ingin mengenang masa kecil, saat-saat bukit itu telah menjadi ”teman akrab” didunia kanak dan kepolosanku .....berlari,bersembunyi, berkemah dibalik rimbunnya pohon-pohon flamboyan, wow....... !! begitu indahnya kala itu.
Jalan setapak dengan rerumputan hijau menuju bukit, kini sudah banyak berubah.
Betapa kenaturalan alam mulai terkikis oleh sebuah ”kemudahan” untuk manusia.
Ini bukan suatu kesalahan manusia namun lebih pada pemaknaan akan cinta alam.
Aku masih ingin melayangkan mata dan pikiranku ke bukit manakala ”kepenatan hidup” hadir menyapa.
Ya...ya .....bukit dibalik rumah telah memberikan makna cinta di alam kesadaranku sebagai manusia yang tak sempurna.

By : Saptorini Retnosari

FENOMENA MAMA DAHLIA, "SOSOK PEREMPUAN SUPER

FENOMENA ” MAMA DAHLIA” SOSOK PEREMPUAN SUPER


Menyaksikan acara supermama seleb konser disalah satu stasiun televisi swasta menjadi hiburan tersendiri bagi penulis. Ada banyak hal positif yang dapat penulis petik dari acara tersebut, walaupun sekilas tampak sekedar hiburan semata namun setiap sosok yang tampil berperan mewakili banyak karakter diseputar kita.

Foto : Mama Dahlia & Kiki Farel

Salah satu sosok yang dikenal dengan mama Dahlia diacara supermama seleb ini telah membuat penulis berdecak kagum dengan kepolosan dan kejujurannya ketika berinteraktif dengan pembawa acaranya, betapa tidak ?!, mama Dahlia dengan kejujuran dan kepolosannya, mampu menghangatkan acara supermama menjadi lebih segar dan selalu dinantikan kehadirannya, ketika zaman mulai banyak dipoles dengan kamuflase dan kemunafikan diri, ternyata masih ada sesosok ”perempuan super” yang mewakili perempuan yang tegar, jujur, polos, dan apa adanya dalam menyikapi perjalanan hidup.
Mama Dahlia dengan jujur menceritakan keberadaan dirinya, sudah sekian lama itinggal suaminya yang menikah lagi dan terus berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anaknya sampai ada salah satu anaknya yang terjun ke dunia artis, mama tetap dan tetap masih harus berjuang untuk kehidupan keluarganya, kepolosan mama Dahlia tentu telah membuat penonton yang mendengar ceritanya menjadi iba pada perjuangan mama Dahlia dalam menafkahi keluarganya.
Fenomena ”mama Dahlia” adalah cermin perempuan super yang mampu menyikapi hidup dengan kekuatan supra, ada banyak kisah dari mama Dahlia yang dapat mewakili perempuan yang masih terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil namun sosok ini masih mampu berjuang hidup untuk memperbaiki nasibnya.
Sebuah fakta dan realita, masih ada berjuta-juta perempuan dibelahan bumi ini yang begitu tegar dan kuat, berjuang hidup dengan bekerja mencari sesuap nasi tanpa memikirkan dirinya sendiri namun untuk orang-orang yang dikasihinya, walaupun dia harus menanggung beban hidup yang berkepanjangan, dimana ada seorang istri yang harus berperan ganda sebagai pencari nafkah sekaligus menjadi Ibu rumah tangga sementara suaminya menganggur namun tidak mau membantu pekerjaan rumah, ada suami yang meninggalkannya begitu saja tanpa memberikan nafkah lahir bathin bahkan dengan teganya menikah dengan perempuan lain, bahkan ada suami yang begitu sadisnya memperlakukan seorang isteri seperti pelayan. Ini merupakan potret nyata yang masih ada di sekitar kita, perlakuan-perlakuan tidak adil,kasar, tidak manusiawi dan dipandang sebelah mata masih dan masih menghiasi sosok perempuan “terpinggirkan”. Terlalu ekstrimkah realita ini? Apapun jawabannya, penulis hanya ingin mengekspresikan kenyataan yang ada di depan mata dan kegelisahan penulis terhadap potret-potret perempuan yang tentunya dapat terasakan begitu dalam. Maafkan dan maafkan penulis jika ini telah mem-pressure kaum “papa”. Walaupun penulis tidak menutup mata kalau beberapa dari kaum “papa” juga ada yang “teraniaya” oleh sosok yang dinamakan perempuan ini.
Namun betapa Sang Pencipta begitu adil dan baik pada sosok yang dinamakan perempuan , ditengah perlakuan yang masih sebelah mata dan sangat “timpang”, perempuan ini diberi energi ganda untuk terus berjuang hidup dan kuat menjalankan hari-harinya. Tanpa harus bertopang tangan pada ”kaum papa”, perempuan-perempuan ini tetap dapat hidup dan menghidupi dirinya. Usia dan Gurat kelelahan tidak menjadikannya berhenti melangkah, dengan niat dan usahanya yang begitu kuat untuk terus bekerja dan berusaha telah membuatnya semakin menampakkan ketegarannya dalam memaknai arti hidup buat dirinya dan orang-orang yang dikasihinya.
Sungguh, inilah sebuah cermin dan pembelajaran hidup yang perlu menjadi perenungan bagi siapa saja yang masih mau peduli pada sosok yang dinamakan perempuan ini,ternyata keibaan bukan satu-satunya makna kepedulian tetapi lebih kepada keempatian dan kemauan mengangkat sosok yang dinamakan perempuan dalam memberikan nilai yang bermakna bagi hidup untuk terus ikut berjuang melawan “ketimpangan dan ketidakadilan” dengan keikhlasan hati.
Penulis sebagai sesama perempuan, membuka tangan lebar-lebar pada sosok yang dinamakan kaum “papa” untuk mau dengan ikhlas mengacungkan jempol dengan menggoreskan tinta emas dan mengukuhkan bahwa perempuan sesederhanapun mampu menjadi perempuan super yang pada dasarnya tidak kalah kuat dari kaum ”papa”, energi ganda yang diberikan Sang Pencipta merupakan kekuatan supra bagi perempuan manapun untuk menjalankan roda kehidupan.


****************

Penulis : Saptorini Retnosari, Peduli Perempuan & Orlansia
Mahasiswa Pasca Psikologi UNIKA Sogijapranata Semarang.

TEMPE MELAMBUNG, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Tempe, merupakan menu utama untuk sebagian masyarakat Indonesia setidaknya untuk orang jawa yang tinggal dikota maupun dipelosok tanah air. Rasanya memang pas dengan lidah kita, dibuat dalam sajian yang berbeda tidak akan merubah cita rasanya yang khas. Sebulan yang lalu, tempe masih sangat terjangkau dikalangan konsumen menengah kebawah, hampir tak terbayangkan jika tempe yang pada waktu itu demikian mudah kita dapatkan, kini menjadi produk yang demikian langka dan yang lebih dramatis rakyat kecil berpikir dua kali untuk membelinya karena harga tempe saat ini sudah melambung tinggi tidak seperti sebelumnya , betapa ironisnya kondisi saat ini. sampai tempepun ikut terkena imbasnya dari perekonomian yang jelas sangat tidak stabil dan tampak tidak berpihak pada rakyat kecil, apalagi yang harus kita konsumsi selain tempe? Dagingkah, ayamkah ,ikan lautkah ?sepertinya perlu berpikir dua kali untuk mengganti tempe dengan ayam, daging, ataupun ikan laut, mengingat harga-harga daging, ayam ataupun ikan laut hanya terjangkau oleh kalangan berduit, yang notabene tidak begitu peduli dengan kenaikan segala macam kebutuhan pangan. Jika tempepun yang identik dengan makanan rakyat telah berubah menjadi barang langka dan mahal.
Pada tanggal 24 januari 2008, saya sempat melihat berita diTV yang memberitakan salah satu daerah di Jawa Timur, dimana sebagian besar masyarakatnya mencari Belalang untuk dijadikan lauk makan, mereka sudah tidak sanggup lagi membeli tempe dan kebutuhan lain yang demikian mahal, ini juga terjadi pada petani kedelai di demak jawa tengah, sebagai bentuk keprihatinan mereka terhadap harga kedelai yang mahal sementara mereka sebagai petani daerah merasa dirugikan dengan hasil panen yang dibeli dengan harga yang tidak sesuai dengan kedelai impor, petani ini bersama-sama membakar hasil panen mereka tanpa peduli apakah perbuatan ini justru semakin memperburuk dan merugikan nasib dan masa depan mereka?, inilah bentuk kefrustasian dari sebagian besar rakyat kecil yang seringkali menjadi sasaran empuk dari sebuah kegagalan para pemimpin untuk memperbaiki perekonomian yang sudah sedimikan carut marutnya, sementara apabila kita semakin frustasi melihat hari demi hari yang selalu mendapat suguhan berita harga A, B, C, D,………………naik dan naik. Penyakit kefrustasian akan semakin membentuk perilaku masyarakat menjadi semakin tidak sehat dan cenderung hilang akal, lalu siapakah yang harus bertanggung jawab dengan dampak yang demikian parah ini?.



By : Saptorini Retnosari

Kamis, 09 Oktober 2008

RUMAH DAMAI BAGI SEORANG ANDRA

Sebenarnya satu tahun adalah waktu yang cukup bagi seorang Andra dirumah damai yang terletak dikota kecil dekat Semarang, namun Andra masih ingin tinggal lebih lama dirumah ini untuk memberi dukungan teman-temannya yang baru saja masuk dirumah pemulihan ini, baginya rumah ini telah memberi banyak kehidupan baru, penuh warna, ketemu teman-teman senasib yang berjuang melawan jeratan barang haram, yang lebih membuat Andra kerasan tinggal dirumah damai ini karena para pendampingnya memberi empati dan kasih tulus untuk setiap anak yang ingin sembuh total dari jeratan narkoba, mereka tidak menggurui namun lebih memberikan bimbingan rohani dan psikologi yang menekankan pada perubahan perilaku.
Sebagai pria yang masih tergolong muda, Andra pernah merasa gagal dalam menjalani masa remajanya . Selama bertahun-tahun Andra merasa berada dalam lubang yang begitu dalam dan gelap, siapapun sulit menariknya kembali . Nilai-nilai agama yang sejak kecil begitu dekat dengannya seperti terhapus oleh lika-liku hidupnya, wanita-wanita yang pernah dipacarinya hanya mampu memberikan kesenangan sesaat, pada saat itu Andra hanya merasa nyaman ketika kebutuhan dagingnya (shabu-shabu ) dapat terpenuhi.
Bertolak belakang dari masa remajanya, Andra kecil tergolong menjadi anak paling ceria dirumahnya, mudah bergaul, banyak teman, dan membuat banyak orang selalu gemas ingin sekedar mencubit pipinya yang gembul bahkan ingin menggendongnya karena tubuh Andra yang gemuk, dengan menampakkan mimik muka yang lucu Andra berusaha menolak orang-orang yang ingin menggodanya. Ya, ya Andra kecil sering menjadi pusat perhatian bagi sebagian besar orang yang ada disekelilingnya. Betapa senangnya Andra ketika Tante Jeanne adiknya Mama sering mengajaknya bermain,bahkan mengajaknya rekreasi ketika hari libur ”tante Jeanne orangnya begitu baik, perhatian, dan sabar. Aku paling senang jika tante menginap dirumahku, tante juga tidak keberatan menemaniku tidur ketika mama tidak ada disampingku karena harus keluar kota,bahkan aku sering dibelikan sama tante mainan atau makanan kesukaanku” kenang Andra pada sosok tantenya.
Andra juga teringat pekerjaaan papanya yang hamba Tuhan tampak begitu sibuknya dan betapa seringnya Andra harus ditinggal berdua bersama kakaknya, oleh karena papa dan mamanya pelayanan diluar kota. Pada saat itu, Andra tetap menikmati masa-masa kecilnya yang tak ada beban walaupun sering ditinggal kedua orang tuanya untuk pelayanan.
Ketika beranjak remaja , Andra mulai merasakan adanya perubahan yang luar biasa pada fisiknya, tubuhnya yang dulu tambun kini tampak lebih kurus, namun berisi. Wajahnya yang dulu tampak bulat kini lebih cenderung persegi dan agak menonjol tulang rahangnya, cukup tampanlah untuk remaja Jakarta blasteran jawa menado ini, tidaklah heran jika banyak teman wanita sebayanya yang simpati dengan ketampanan Andra. Ada banyak cara mereka mengekpresikan kesukaannya pada Andra, ada yang mengirim surat atau sekedar telpon kerumah hanya untuk bisa ngobrol dengan Andra. Dan Andrapun tidak merasa keberatan dengan keagresifan teman-teman perempuannya selama mereka tidak menginginkan hubungan yang special dengan Andra.
Andra remaja mulai mengenal rokok dari teman-teman SMP-nya, ketika sepulang sekolah beberapa temannya mengajak Andra kongkow diwarung tak jauh dari sekolahnya, dari acara ngobrol pelajaran yang baru diterimanya, nona-nona cantik disekolahnya, sampai merk rokok yang paling pas untuk anak sekolahan. Saat itu Andra mulai penasaran dengan promosi rokok dari teman sebangkunya yang bernama Rio , “ coba dech ndra, rokok yang ini nggak membuat kita nyandu apalagi ketagihan, kadar nikotinya rendah kok”, rasa sungkan dan nggak mau dianggap sok baik , diambilnya satu batang rokok milik Rio..”Wow, rasanya nggak ada yang istimewa ya, cuma baunya aja enak untuk dihisap-hisap ama hidung kita” celetuk Andra kala itu, “ ya, lo kan baru coba sekali, kalau sudah beberapa kali beda dech rasanya”, timpal Adi teman Andra yang sudah lama hobby merokok.
Memang benar kata pepatah yang berbunyi sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, dari Cuma mencoba, beli sebatang dua batang rokok lama-lama Andra tidak mampu lagi mengontrol diri untuk menghentikan kenikmatannya merokok , uang saku yang seharusnya dipakai untuk transport dan makan siangnya sering habis untuk membeli satu pak rokok. Saat jam pelajaran disekolah Andra selalu mencari alasan ketoilet hanya untuk menghabiskan satu batang rokok , “benar kata Adi, kalau ngrokok Cuma sekali biasa saja rasanya tapi setelah beberapa kali coba dan diresapi rasanya jadi luar biasa enaknya, nggak makan minum no problem asalkan bisa terpenuhi kebutuhanku yang satu ini.”. Andra juga tidak malu lagi untuk merokok dihadapan papa mamanya, walaupun sudah terlalu sering ditegur kedua orang tuanya Andra tidak peduli, baginya merokok tidak merugikan orang lain. Toh uang yang dipakai untuk membeli rokok jatah dari uang sakunya.
Andra juga masih ingat betapa papa dan mamanya mengiginkan sekali dia berhenti merokok sampai kegiatan saat teduh keluarga selalu difokuskan dengan doa pertobatan untuk Andra, “ mengapa ya aku kok tetap tidak ingin berhenti merokok walapun papa mama selalu mendoakan aku ?”, pernah selama liburan semester Andra diajak papa dan mamanya untuk pelayanan KKR ( kebaktian kebangunan rohani ) ke luar pulau jawa. Saat KKR di satu kota kecil Kalimantan ada banyak remaja seusianya maju ke altar untuk mengakui dosa-dosanya, mereka menangis karena diusianya yang masih remaja sudah jatuh kedalam dosa. Andra yang tergabung dalam KKR itu Cuma terpaku dikursi, dihati kecilnya ada perasaan bersalah dan ingin sekali mengakui kebandelannya selama ini. Namun betapa Andra tidak mampu berdiri dan maju ke altar. ” aku kan malu, masak papaku yang pimpin KKR tapi anaknya sendiri nggak bener” , ke-egoan Andra meluluh lantakkan hati kecilnya yang terus mengingatkan Andra untuk bertobat. Acara KKR yang di adakan dibeberapa kota Kalimantan tidak membuat Andra tersentuh, bahkan secara diam-diam Andra mencuri kesempatan ketika dia tidak berada di dekat orang tuanya, Andra akan mencari tempat sepi seperti kamar mandi, tempat parkiran hanya untuk bisa merokok . rasa lega, puas, bisa terobati manakala tidak seorangpun tahu apa yang sudah dilakukan Andra.
Bagi Andra, Aktivitas pelayanan yang dia ikuti bersama orangtuanya selama liburan hanyalah kegiatan sampingan yang sebenarnya hanya untuk menyenangkan hati papa mamanya. Walaupun Andra sangat tahu apa yang sudah dia lakukan selama ini mendukakan hati Tuhan dan kedua orang tuanya, tapi Andra belum mampu menghilangkan kebiasaan buruknya yang tentu bertentangan dengan norma agama yang dianutnya.
Selesai Liburan semester, Andra merasa begitu terbebas dari papa mamanya yang sering mengajaknya pelayanan. Andra belum siap dan masih ingin menikmati masa remajanya seperti remaja-remaja lain di Ibukota yang begitu mudah bergaul, tidak terlalu sering dipantau orang tuanya, mampu mengekpresikan isi hatinya dan banyak tempat yang menyediakan sarana anak-anak untuk berekspresi. Andra menemukan kembali teman-teman sekolahnya yang selama ini mampu membuat andra menjadi anak gaul dan disukai teman-temannya karena kekonyolannya membanyol, Andrapun termasuk anak dermawan karena sering membagikan rokoknya sama teman-teman sepermainannya.
Ketidakpelitan Andra membuatnya mudah mendapatkan teman baru, ditempat kongkownya Andra berkenalan dengan anak sekolah lain yang bernama Febri dan Danu sekolahnya satu tingkat diatas Andra, perkenalan mereka bermula dari sebatang rokok yang ditawarkan Andra ke Febri, dari sekedar ngobrol, mereka bersepakat membuat suatu komunitas yang lebih kerennya disebut “geng anak gaul”. Satu kegiatan Andra bertambah lagi bukan hanya sekolah tapi ada kegiatan lain yang harus ngumpul seminggu 3 kali sepulang sekolah. Komunitas ini dibentuk hanya karena mereka merasa cocok bergaul, sama-sama merokok dengan merk rokok yang mereka hisap sama, suka ngebanyol, dan berencana membuat kegiatan petualang untuk mengekspresikan kejantanan mereka. Andra begitu menyukai pertemanannya dengan Febri dan Danu sampai pernah demi sebuah kesepakatan untuk bertemu membicarakan komunitas yang mereka bentuk, Andra harus berbohong pada papa mamanya untuk mengerjakan tugas kelompok dan dia harus menginap dirumah temannya.
Bermula dari acara menginap dirumah Danu, Andra mulai mengenal dan mencoba pil ekstasi dari temannya yang bernama Bagus, awalnya biasa saja namun bukan hanya satu kali yang membuat Andra berhenti namun rasa penasaran dan sedikit ketergantungan untuk terus mengkonsumsi pil setan itu.
Dunia baru dan pergaulan yang menjerumuskan membuat Andra semakin tidak tersadarkan bahwa hari-harinya telah dikuasai “kegelapan”, selama tiga tahun Andra berkubang dalam dunia narkoba, matanya cekung, badannya semakin kurus seperti tidak terurus. Dipuncak ketidak mampuan papa mamanya untuk menghentikan perbuatan Andra, ada peristiwa yang membuat Andra benar-benar berada diujung kematian, pada saat acara kumpul keluarga besar Andra tiba-tiba terjatuh dikamar mandi dan tak sadarkan diri. Ketika dalam perjalanan kerumah sakit Mama Andra berkali-kali menangis dan berseru “ Tuhan, beri kesempatan Andra untuk hidup, ampuni dia Tuhan….ampuni kami mama papanya yang belum bisa menyadarkan Andra dari keterkantungannya pada pil-pil setan itu, sekali lagi beri kesempatan Andra Tuhan…….”
Sudah satu minggu Andra tak sadarkan diri, berbagai upaya dari dokter maupun keluarga yang terus berusaha keras demi pemulihan Andra, namun belum ada tanda-tanda positif pada kondisi Andra. Ada seorang sahabat papanya Andra yang datang menjenguk Andra, dengan keempatiannya beliau menyarankan jika Andra sudah sadarkan diri ada baiknya Andra dibawa ke tempat terapi pemulihan yang sangat memungkinkan dapat membantu Andra dari ketergantungan pada Narkoba, “ Tempatnya didekat kota semarang yang tentunya jauh dari hiruk pikuk kota, para pendampingnya sangat professional dalam membantu kliennya untuk bisa sembuh total ”, Andra memang harus sembuh, dia masih sangat muda dan punya masa depan, saya yakin dia bisa sembuh “ kata mamanya penuh harap.
Selang sebelas hari dari ketidaksadaran Andra, tiba-tiba ada gerakan pada kaki kanan Andra, dan yang lebih mengejutkan lagi mata Andra yang tadinya tertutup perlahan mengeluarkan airmata, bibirnya terbuka memanggil mamanya…”ma, ma, maafkan Andra,……Andra belum mau mati ma, maafkan Andra ma “ berhubung yang ada didekatnya Andra hanya ada tante dan kakaknya, mereka berhamburan memeluk Andra dan meyakinkan kalau Andra pasti sembuh.
Kini, sebuah kenangan dan catatan penting bagi hidup Andra, rumah damai benar-benar memberikan kedamaian buat Andra……ya sebuah pemulihan total dan pembelajaran bahwa hidup ini demikian berarti bagi setiap jiwa yang mau jauh dari barang haram. “terimakasih ma, terimakasih pa……. terimakasih Tuhan, karena Engkau telah memberiku kesempatan untuk hidup dalam jalanMU ”

By : Saptorini Retnosari.

"RUMAH TANAH PUTIH"

Ada banyak kisah untuk rumah Tanah Putih
Saat-saat Bapak Ibu berjuang keras demi membesarkan ketujuh anaknya
Saat-saat Bapak bercita-cita dapat memperbaiki rumah Tanah Putih
Saat- saat dimana satu persatu penghuninya merantau keluar kota untuk studi dan bekerja
Saat- saat peristiwa ”dukacita” kehilangan orang-orang terkasih di Tanah Putih

” Almarhum Mas Ukie yang begitu cerdas, hampir saja lulus difakultas tehnik Geologi UGM, di tahun 1989 harus berpulang karena ”kecelakaan” di Gorontalo”

” Almarhum Mbah Putri yang selalu tampak rapi dalam berpenampilan, pandai memasak dan sering memberi resep-resep spesial, ditahun 1993 dipanggil Tuhan, pada saat meninggalnya Mas Ukie, Mbah Putri tampak begitu shock dan depresi, tidak banyak bicara dan selalu merasa kehilangan cucu tercintanya”

” Almarhum Bapak Hadisasmito, seorang Bapak yang sabar, setia, tidak neko-neko dan takut akan Tuhan, ditahun 2005 dipanggil Tuhan karena gagal ginjal setelah beberapa hari diopname di Telogorejo ”

Saat – saat seperti ini, rumah Tanah Putih tampak demikian sepi manakala peristiwa dan kenangan akan setiap penghuninya terhapus oleh rutinitas diri.....dan, sangat termungkinkan belum ada niat dan keinginan untuk ”membangun kesan Indah ” dirumah Tanah Putih.

By; Saptorini Retnosari
09 Oktober 2008

"RUMAH KEDUA"

Kulihat jam dinding kamar, 20.35 WIB................
Aku masih ingin menyelesaikan kisah Oprah Winfrey, walaupun bukunya cukup tebal....isinya demikian menarik untuk dibaca, perjalanan Winfrey dari kecil hingga kisah kesuksesannya di Media televisi Amerika...wow, sangat fenomenal.
Tiba – tiba dering telpon rumah berbunyi beberapa kali...
” Hallo bisa bicara dengan rini ?, ini siapa tanyaku ragu”........”rully”
Mbak Rully…………..?!
Jujur aku punya rasa kangen dan keinginan untuk berjumpa lagi dengan Mbak Rully dan Ibu Edi di Kintelan
Namun, maafkan aku yang belum mampu sowan ke rumah Ibu
Ada kerinduan untuk bercengkerama seperti beberapa tahun yang lalu…….
Rumah Kintelan bagaikan rumah kedua setelah rumah tanah Putih
Begitu “at home” dan ingin berlama-lama disana
Manakala ada peristiwa “duka cita” menoreh disetiap hati
Asa terhilang entah kemana………………………..
Mbak Rully, Ibu……..sekali lagi maafkan aku
Suatu saat, ada waktu yang indah untuk ku mampu sowan ke rumah kintelan.

05 Oktober 2008

"KENANGAN MASA LALU"

Ketika kugambar dua pohon palem yang tumbuh subur disamping rumahku
Mengurai sebuah kenangan masa lalu
Seorang “Bapak” di kintelan memberikan dua pohon palem untuk “anak putrinya”
Andai kau jadi bagian dari “anakku”
Tapi satu sosok buah cintaku telah dipanggilNYA
Hingga satu harapan terhilang ntuk menjadikan dia dalam bagian cinta tulusmu “anakku”
“Bapak”…..”anakmupun” pernah punya mimpi
ada kasih diantara kami
ada sejuta harap akan masa depan
namun, mimpi itu tak akan pernah terwujud karena buah cintamu telah pergi dalam keabadian
”Bapak” biarkan pohon palem ini terus tumbuh dalam pusaran kasih tulus ”anakmu”.

By : Saptorini Retnosari
Th. 2002