Selasa, 11 November 2008

" A BITTER PILL "

A bitter pill adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau kita jalani meskipun itu menyakitkan , seperti sebuah peristiwa yang sering terjadi secara tiba -tiba manakala kita melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah menjadi agenda utama dari kehidupan kita. Ada banyak hal yang tidak terduga muncul secara tiba-tiba dan itu bisa membuat kita terkaget-kaget, shock, surprise, atau sebaliknya peristiwa yang tidak menyenangkan bisa membawa hikmah untuk hidup kita...tentu tergantung peristiwanya apakah itu berdampak positif, menyenangkan, mengesankan, atau sebaliknya membuat kita jadi jatuh tersungkur, malu, dan duka sembilu.
Biarkan pengalaman tidak menyenangkan itu menjadi catatan berharga dalam life space kita karena diluar jangkauan manusia, siapa tahu ini bukan hanya pengalaman yang tidak menyenangkan tapi memang harus kita alami dan menjadi pembelajaran bahwa hidup ini pasti akan mengalami apa yang disebut pengalaman tak terduga. Kita harus siap jika mengalami apa yang sejatinya tidak terbayangkan bahkan terpikirkan......., kalau boleh berbagi dengan friends, saya mempunyai banyak pengalaman diluar jangkauan akal yang pada akhirnya dari peristiwa-peristiwa itu menjadi bagian hidup, catatan, perenungan, atau bahkan tindakan selanjutnya untuk mengetahui lebih jauh apa dibalik peristiwa yang telah saya alami, walaupun seringkali dengan tidak happy ending, namun yang pasti saya belajar lebih siap ketika harus mengalami lagi peristiwa-peristiwa pahit yang tentunya tidak menyenangkan dan sudah ada didepan mata .
Setahun yang lalu, saya pernah mengalami peristiwa yang tidak mungkin tercoret dalam catatan hidup saya,...ya...ya hampir saja nyawa saya melayang tertabrak bus luar kota pada saat saya harus menyeberang jalan menuju ke gereja untuk ibadah minggu pagi. Betapa jantung saya berdetak cepat dan keringat dingin keluar karena rasa takut, terkejut, sepertinya mau pingsan saja manakala bus yang melaju demikian cepat akan menabrak saya andai saja saya berlari selangkah lagi....namun, entah pada saat itu juga seperti ada yang menghentikan saya berlari melangkah....saya tertegun, kaki terasa kaku, jantung berdetak lebih cepat, tangan terasa begitu dingin dan selamatlah nyawa saya dari insiden mengerikan itu, nafas saya masih tersengal-sengal, kaki masih terasa kaku mengingat kejadian yang hampir merenggut nyawa saya ( mungkin saja saya belum siap meninggalkan dunia ini ?..........), tentu doa saya seandainya Tuhan mengambil nyawa saya tidak dengan cara yang tragis, ada trauma masa lalu dan kesedihan yang masih membekas ketika Sang Pemberi Hidup memanggil kakak & teman terdekat ke alam keabadian dengan cara yang tragis ( dua kejadian tragis yang berbeda waktu dan tempat ) Kakak meninggal pada tahun 1989 karena terjatuh dari bukit di daerah Gorontalo setelah melakukan penelitian pertambangan di perusahaan asing,...Almarhum adalah seorang kakak yang pendiam, tidak merokok, baik hati dan sangat cerdas, Mas Ukie hampir saja menyelesaikan studinya di tehnik geologi UGM. Musibah ini adalah yang paling membuat kami sekeluarga sungguh merasa kehilangan dan sangat terpukul atas dipanggilnya Mas ukie dengan cara yang memilukan. Namun dengan perlahan kami dapat menerima kenyataan bahwa ini diluar jangkauan manusia, ada hikmah dan kekuatan dibalik duka kami. Sebelas tahun kemudian ( tahun 2000 ) duka itu datang kembali, ketika saya mulai meyakini bahwa Tuhan sudah siap memberikan saya seorang ”Teman hidup”, dengan cara-cara yang demikian indahnya, berawal dari pertemuan dengan seorang yang sudah tua, beliau bernama Bapak Edi yang pada saat itu bersamaan dengan Bapak saya mengambil pensiun di kantor pos di Jl. Sisingamangaraja Semarang , ternyata beliau adalah teman Bapak yang sudah lama tidak berjumpa, dari acara basa basi akhirnya saya, Bapak& Ibu mengantar Bapak Edi pulang kerumahnya, di dalam mobil Bapak Edi duduk didepan menemani saya mengemudikan mobil, kebiasaan saya menyetir sambil mendengarkan lagu rohani membuat saya berpikir dua kali untuk menghidupkannya, rasa sungkan dan takut jika saja Bapak Edi tidak suka mendengarkan lagu kesukaan keluarga kami, membuat saya terdiam sejenak, ”ahh seperti ada yang kurang”, ”maaf Pak Edi, apa suka mendengarkan musik?, kalau tidak keberatan saya akan menghidupkan tape dan mendengarkan lagu, kebiasaan kalau nyetir Bapak” begitu alasan saya kala itu, beliau sangat tidak keberatan apalagi setelah mendengar beberapa lagunya,” keluarga saya juga suka mendengarkan lagu-lagu seperti ini”, wow bertambah legalah saya ternyata bertemu dengan saudara seiman, walaupun sebelumnya sedikitpun tidak berpikir ke masalah keimanan. Sesampainya di daerah Karyadi saya melihat beberapa rumah kuno bangunan Belanda, tampak kuat dan asri, salah satu dari rumah-rumah kuno itu adalah rumah milik Bapak Edi, kami diperkenalkan dengan keluarganya, ternyata setelah berkenalan dengan Ibu Edi, Mbak Rully dan cucunya Nada saya bisa merasakan bahwa keluarga Bapak Edi adalah keluarga yang ramah, baik, dan sangat welcome menerima keluarga kami...sebelum kami pulang keluarga Bapak Edi mengundang acara Bidston dan syukuran wisuda salah satu putranya yang paling bungsu, yang baru saja lulus dari Undip dan sudah bekerja diperusahaan swasta, saat itu saya membayangkan seperti apa ya anaknya Bapak Edi?, pastinya tergolong anak yang pintar, betapa tidak? kalau mendengar cerita keluarganya, Oki (nama panggilannya hampir sama dengan almarhum Mas Ukie ya...) dari tehnik sipil Undip dan lulus tepat waktu.
Singkat cerita setelah saya dan Oki melewati perkenalan, proses dan perjalanan waktu, akhirnya saya mempunyai keyakinan jika Oki adalah anugrah yang diberikan Tuhan untuk melewati hari-hari kedepan, walaupun pada akhirnya kami jarang bertemu setelah Okie bekerja di Jakarta dan saya bolak balik Semarang, Jakarta, dan Bandung karena tuntutan pekerjaan, namun dalam setiap doa terselip rasa syukur dan percaya penuh bahwa Tuhan melayakkan kami pada waktunya akan dipertemukan dalam cinta kasih yang benar-benar dariNYA.
” Harapan terbaik dari doa-doa kita belum tentu menjadi kenyataan terbaik dari apa yang harus kita alami”, ternyata disaat saya benar - benar merasakan kejujuran dari sebuah hati kalau ada kasih yang demikian tulus hadir, peristiwa pahit dan duka begitu dalam harus saya alami kembali, di bulan oktober tahun 2000 Oki dipanggil Tuhan menjelang ulang tahunnya yang tinggal beberapa hari lagi karena sebuah kecelakaan dan saya harus menerima kenyataan pahit ini dengan tetap harus kuat,...betapa tidak mudahnya melewatkan peristiwa yang tidak terbayangkan dipikiran kita. Namun, duka demi duka membuat saya lebih kuat pada saat saya melewatkan hidup ini dengan ”permasalahan berat sekalipun” karena tanganNYA selalu menopang untuk anak-anakNYA yang lemah, kasihNYA memberi kelegaan.
”A bitter Pill” bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, namun yang terpenting bagaimana setiap pribadi menyikapinya dan belajar siap jika itu harus kita alami, karena ada DIA Sang pemberi Hidup. God Bless us !!......................

By : Naomi S. rini

Tidak ada komentar: