LANGIT KE TUJUH
Baru satu jam berlalu
Sahabatku berpulang di keabadian
Teringat akan celotehnya tentang awan dan langit ke tujuh
Awan dan langit ketujuh
Awan membuatnya rindu akan kedamaian
Langit ketujuh membuatnya rindu akan surga
Akhir celotehnya, biarkan aku pergi ke langit ketujuh karena ada surga disana
Ahhhh teman, maafkan aku yang tak peka
Akan kerinduanmu pada langit ketujuh
Kini, beri aku waktu melukis langit ketujuh
Ntuk keabadianmu
By : Saptorini Retnosari
Masuk dalam 10 nominator lomba tulis puisi SMS di komunitas Lereng Medini, 31 Oktober 2008
MELUKIS RUPA
Melukis rupa
Ada kelelahan tersemburat lara
Maafkan aku dengan jari-jari tuaku
Hanya mampu merupa dibalik lukisan senja
MAAFKAN CINTA
Maafkan cinta
Begitu banyak pribadi untuknya
Mata berbinar terkespresi karena hati
Katakan dengan jujur jika cinta terbutuhkan setiap jiwa
Sekali lagi maafkan cinta, yang tak termampukan menghapus kebutaan cinta
PEMBESAR NEGERI
Ada yang tersisa dari aksi ”pembesar negeri”
Kegagalan etika moral bergulir menyelaras bumi
Sesal tak mampu menghapus noktah merah
Maaf, negeri ini terlampau banyak luka
Hapuslah dengan airmata moral wahai ”pembesar negeri”
Anak-anak negeri masih begitu polos bercermin
Maka bantulah mereka dengan kesadaranmu
BERSIMPUH
Simbok, ada kerinduan anakmu tuk bersimpuh
Manakala gema fitri berkumandang
Betapa kaki kaku tergerak
Tak ada keberanian tuk bersujud
Simbok, sudah beratus kali air matamu membasahi rumah gubukmu
Mengingat tabiat buruk anakmu
Kutinggalkan kau dalam kesepian
Demi setumpuk nafsu ragawi
Simbok, kuingin bersimpuh dibawah telapak surgamu
MAAFKAN, JIKA IBU PERTIWI BELUM BISA MEMAAFKANMU
Ada banyak tangis di negeri ini
Ketika harga BBM terus melonjak tinggi
Kebutuhan pokok tak terpenuhi
Berjuta penganggur meradang amarah
Lagi – lagi tercekik jiwa raga rakyat negeri ini
Sementara tikus – tikus berdasi terus berlomba
Merebut tahta dan menimbun harta
Ohh pejabat negeri jangan pertahankan keegoisanmu, basa-basi kian hambar
Rakyat terlalu pasrah dengan cap kemiskinan yang melekat erat
Kebijakan yang ada seperti pepesan kosong negeri ini
Maafkan, jika Ibu pertiwi belum bisa memaafkanmu
Karena ada banyak sengsara menjadi potret negeri ini
By : Saptorini Retnosari, 25 September 2008
Selasa, 11 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar